Doa dan Tawa


Seorang kyai muda baru saja menikah. Ia dan istrinya bersepakat untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Persis seperti yang selalu diharapkan oleh para tetua : keluarga yang " Sakinah Mawaddah Warahmah ".

Sebelumnya kyai muda dan istrinya ini adalah santriwan dan satriwati di sebuah pondok pesantren yang cukup terkenal. Setelah menamatkan pelajaran di pesantren keduanya lalu melanjutkan kuliah di sebuah perguruan tinggi agama di kota yang sama. Setelah lulus kuliah mereka lalu kembali ke pesantren dan mengabdikan diri mengajar disana.

Sebelum menikah kyai muda ini terkenal karena memiliki semacam kelebihan atau katakanlah karamah yang jarang dimiliki orang lain, yaitu jika ia berdoa maka doanya cepat sekali diijabah oleh Allah alias makbul.

Konon katanya itu karena ia terkenal suka membantu kepada siapa saja dan wajahnya selalu riang gembira tak peduli bagaimana situasi yang dihadapinya.

Tapi itu dulu. Setelah ia menikah dan memiliki beberapa anak yang masih kecil-kecil ada yang berubah dari diri sang kyai muda. Berbagai problem rumah tangga satu persatu mulai bermunculan memenuhi pikiran dan hatinya. Masalah umat yang dihadapinya sehari-hari juga semakin berat dirasakannya. Kyai muda itu kini menjadi lebih serius dan nampak kurang bisa santai.

Suatu malam, ia bermaksud untuk berdoa secara khusus kepada Allah. Dengan pikiran yang penuh persoalan dan hati yang galau ia masuk ke bilik khusus tempat ia beribadah. Ia lalu memulai ritual ibadahnya. Tapi suara anak-anak kecilnya yang sedang asyik bermain dan ramai bersenda gurau di ruang tamu rumahnya terasa sangat mengganggu kekhusyukannya dalam berdoa. 

" Suruh anak-anak itu diam !", teriak kyai muda itu dengan nada marah kepada istrinya.

Istrinya yang kaget mendengar teriakan sang suami lalu bergegas ke ruang tamu dan memarahi anak-anaknya yang sedang asyik bermain. Anak-anak itu pun kemudian diam karena ketakutan. Suasana seketika menjadi hening. Sang kyai muda pun melanjutkan ibadahnya dengan penuh kekhusyukan.

Semenjak itu setiap kali sang kyai muda pulang ke rumah, anak-anak kecilnya selalu berdiam diri dan berhenti bermain-main, khususnya ketika sang kyai muda sedang berdoa di bilik pribadinya.

Hari berganti dan bulan berlalu. Sang kyai muda mulai merasakan ada yang berbeda dari pengalamannya berdoa. Selama ini ia merasa jika setiap kali ia berdoa maka cepat sekali ia mendapat jawaban atas doa-doanya. Tapi kini beragam masalah yang dihadapinya tak juga kelar. Bahkan setelah ia sangat khusyuk dalam beribadah dan berdoa.

Suatu malam, selama sujudnya yang lama dan doa-doanya yang panjang, dia bertanya kepada Allah : " Apa yang terjadi, Ya Allah ? Aku sudah sangat khusyuk dalam ibadahku. Aku juga sudah sangat serius dalam berdoa kepada-Mu. Suasana rumahku juga sudah sangat tenang dan hening tanpa kebisingan suara-anak-anak. Tetapi kenapa aku tidak mendapatkan jawaban dari-Mu seperti yang sudah-sudah ?"

Lamat-lamat ia kemudian seperti mendengar suara malaikat berbisik lembut namun sangat jelas di telinganya : " DIA mendengar semua kata-katamu, tetapi DIA tidak lagi mendengar tawa anak-anakmu. DIA memperhatikan semua kekhusyukan dan keseriusan ibadahmu. Tetapi DIA tidak lagi melihat sukacita dan kegembiraan dalam keluargamu."

Bagai disambar petir, kyai muda itu lalu sadar dengan kesalahannya. 

Seketika itu juga kyai muda itu lalu berdiri dari sujudnya dan berteriak sekali lagi kepada istrinya, " Suruh anak-anak itu bermain lagi ! Biarkan mereka bersuka-cita  dan tertawa gembira. Mereka adalah bagian dari doa-doa kita ! ."


© 2012 - 2019 by Sumiharso. Powered by Blogger.

 
Free Host | new york lasik surgery | cpa website design