Hargai Dong !


Pada detik-detik menjelang ajal, Joni memanggil istrinya, Susy, ke sisinya.

" Susi sayangku, sebelum aku mati aku ingin membuat wasiat. Untuk anak sulungku, Andi, aku akan meninggalkan setengah dari harta warisanku. Bagaimanapun, dia adalah anakku yang taat dalam beribadah. "

"Oh, jangan lakukan itu, Joni ! Andi tidak membutuhkan semua uang itu, dia sudah punya usaha sendiri. Selain itu, dia juga sudah memiliki iman yang kuat kepada Tuhan. Berikan saja pada Rony, yang masih bingung apakah Tuhan itu ada atau tidak. Lagi pula Roni belum punya bisnis apapun. Kasihan dia. "

" Baiklah, aku akan menyerahkannya pada Rony. Dan Andi tetap bisa mendapatkan bagianku. "

" Seperti yang kukatakan, Joni sayang, Andi tidak butuh apa-apa. Akulah yang akan memiliki bagiannya dan aku selalu bisa membantu anak-anak kita kapan saja. Kau tak perlu khawatir."

" Kau benar, Susy. Sekarang tentang tanah kita yang di Salatiga. Kupikir itu akan aku berikan pada Desy. "

" Untuk Desy ? Apa kau sudah gila, Joni ? Dia sudah punya tanah sendiri di Boyolali. Apakah kau ingin menjadikannya seorang pengusaha tanah dan merusak pernikahannya ? Kupikir putri kita Maryam jauh lebih membutuhkan bantuan. "

Dengan seluruh sisa-sisa kekuatan terakhir yang dimilikinya, Joni berusaha duduk.

" Susy sayang, kau telah menjadi seorang istri yang hebat. Juga seorang ibu yang luar biasa. Dan aku tahu kau juga menginginkan yang terbaik untuk masing-masing anak kita. Tetapi, untuk terakhir ini tolong hormati pendapatku. Lagi pula, siapa sih yang sedang sekarat di sini, kau atau aku ? "

© 2012 - 2019 by Sumiharso. Powered by Blogger.

 
Free Host | new york lasik surgery | cpa website design